Network
MataBangka.com--Kuasa hukum Putri Candrawathi meminta kliennya bebas karena surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) disusun secara kabur, atau Obscuur Libel, tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap.
Berbeda dengan Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga Brigadir Yosua Nofriansyah Hutabarat atau Brigadir J menyebut bahwa Putri Candrawathi ikut merancang rencana untuk membunuh Brigadir J.
Menurut versi Kamaruddin, Putri Candrawathi ikut merancang pembunuhan sekaligus turut menyiapkan uang imbalan untuk eksekutor penembakan.
"Pertama mereka bujuk Bripka RR untuk membunuh, dengan hadiah Rp1 miliar tapi Bripka RR enggak sanggup mentalnya enggak kuat membunuh bawahannya. Bripka itu kan satu tingkat di atas Brigadir Yosua," kata Kamaruddin dikutip dari YouTube Star Story, yang disiarkan pada, Selasa, 18 Oktober 2022.
"Karena enggak tega, Bripka RR turun ke bawah disuruh Ferdy Sambo, dia (Ferdy Sambo) bilang 'kalo gitu panggil Bharada E'," ujar Kamaruddin.
Menurutnya pada titik ini Bripka RR melakukan kesalahan karena tidak memberitahukan Bharada E alasan pemanggilannya tersebut.
"Tapi Bripka lakukan kesalahan, harusnya (bilang) 'kau lari kau, kau mau diperintah membunuh' kan harusnya begitu. Atau gini 'kalau kau diminta oleh Putri untuk membunuh atau diminta Ferdy Sambo biar dikasih Rp 1miliar - Rp2 miliar jangan mau ya', harusnya kan begitu, tapi (malah) dibiarkan," katanya.
Kamaruddin Simanjuntak mengatakan sebagai polisi muda dengan pangkat paling rendah diantara yang lainnya, ditambah iming-iming imbalan uang miliar rupiah telah membuat Bharada E menyanggupi permintaan bosnya yaitu Ferdy Sambo.
"Dia sebagai polisi muda, menghadapi jenderalnya dikasih lagi uang, dia bilang 'siap'," kata Kamaruddin.
"Artinya Putri ikut merancang pembunuhan itu dan menyiapkan uangnya, ya ada perannya jelas yaitu menyiapkan uangnya dan merancang pembunuhannya. Kemudian mengajari Ferdy Sambo mengenakan sarung tangan agar tidak ada jejak mesiu," ujarnya.
