Menko PMK: Stunting Bagai Neraka Pembangunan SDM

Jho
- 4 Agustus 2023, 16:40 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy /Marip Media Kupang

MataBangka.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy menyebut permasalahan stunting di Indonesia bagaikan neraka.

Menurut Muhadjir, stunting dapat menghalangi atau menghambat proses pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjadi lebih berkualitas.

“Perlu saya sampaikan bahwa saat ini, kita sedang berusaha untuk menjauhkan keluarga kita dari neraka. Neraka tidak harus nanti setelah mati, tapi juga neraka dunia,” ujar Muhadjir dikutip dari Pikiran-Rakyat.com pada Jumat (4/8/2023).

Muhadjir menegaskan, pemerintah memberikan perhatian sangat serius terhadap upaya percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

Berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, jumlah prevalensi stunting berada di angka 21,6 persen.

Angka itu menunjukan adanya penurunan dari tahun sebelumnya, yakni 24,4 persen.

Meskipun mengalamai penurunan, Muhadjir menyebut angka prevalensi tersebut masih terbilang tinggi dan menjadi tantangan pemerintah untuk mengatasi persoalan stunting.

Menurut Kementerian Kesehatan, stunting yang dialami oleh anak dapat berpotensi memperlambat perkembangan otak.

Dampak jangka panjangnya adalah menyebabkan keterbelakangan mental dan rendahnya tingkat kemampuan untuk belajar.

Kemudian, stunting juga dapat memicu risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, hingga obesitas. Oleh sebab itu, Muhadjir menyebut pemerintah berkomitmen memerangi permasalahan stunting.

“Kalau ini (stunting) tidak diperangi, akan sulit (bagi kita) untuk menjadi negara maju dan kaitannya dengan prasyarat untuk menjadi negara maju itu bebas stunting,” ujarnya.

 

Soroti Kemiskinan 

Selain stunting, Muhadjir juga menyoroti permasalahan kemiskinan ekstrem.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2022, jumlah kemiskinan ekstrem menyentuh angka 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa secara nasional.

Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan data Maret 2021 yang mencatat sebanyak 5,8 juta jiwa atau 2,14 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem.

Muhadjir menyatakan, pemerintah masih terus berupaya mengentaskan kemiskinan ekstrem dan ditargetkan pada 2024 angkanya berada di nol persen. Upaya itu perlu dilakukan karena kemiskinan ekstrem merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting.

Lebih lanjut, Muhadjir mengungkapkan tantangan lain yang dihadapi pemerintah dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.

Tantangan tersebut adalah masih banyaknya penyakit sosial yang muncul di tengah-tengah masyarakat seperti penyalahgunaan narkoba hingga adanya cara berpikir sesat yang berujung pada tindakan ekstrem, misalnya aksi terorisme.

 

Oleh sebab itu, Muhadjir menyebut masalah stunting, kemiskinan ekstrem, dan penyakit sosial menjadi tantangan besar yang harus dihadapi pemerintah demi mewujudkan cita-cita Indonesia maju.

Muhadjir meminta peringatan Hari Keluarga Nasional ke-30 Tahun 2023 agar menjadi momentum bagi seluruh pihak untuk memperkuat kerja sama dalam rangja menciptakan keluarga berkualitas, bahagia, serta bebas dari masalah stunting

“Pemerintah memiliki perhatian yang sangat serius dalam kaitannya dengan pembangunan keluarga. Kenapa keluarga ini penting? Karena keluarga ini unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, bahagia, maka negara itu secara teoritik juga akan bahagia,” ungkap Muhadjir.***

Editor: Jho

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah