Bahayanya Sesar Lembang , Timbulkan Gempa dan Longsor Berulang hingga 670 tahun, BMKG Peringati Hal ini

- 23 November 2022, 20:36 WIB
Ilustrasi gempa. BMKG Merilis Info Gempa Terkini, Terjadi di Dua Wilayah Sekaligus
Ilustrasi gempa. BMKG Merilis Info Gempa Terkini, Terjadi di Dua Wilayah Sekaligus /Twitter BMKG Official

MataBangka.com--Dinilai lebih dahsyat bencana yang akan terjadi apabila terjadi patahan atau pergeseran Sesar Lembang, kini menjadi perhatian.

Jika terjadi pergerakan, maka Sesar Lembang dapat menimbulkan adanya gempa tektonik maupun longsor dan memiliki periode ulang sekitar 170 hingga 670 tahun.

Sebelumnya Sesar Cimandiri diduga menjadi biang bencana gempa di Cianjur Jawa Barat

Dimana sampai saat ini masih terjadi gempa susulan yang terjadi di daerah cianjur dan kawasan sekitarnya.

Untuk diketahui, di Provinsi Jawa Barat, terdapat beberapa sesar atau patahan aktif diantaranya adalah Sesar Lembang.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTube BNPB Indonesia, diketahui, Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer, dari Gunung Manglayang di Timur Bandung ke sekitar wilayah Padalarang.

Lebih rincinya, Sesar Lembang mengitari tepi utara kota Bandung, dan beberapa di Selatan Gunung Tangkuban Perahu, salah satu gunung api yang hingga kini masih aktif di Indonesia.

Sedangkan, terakhir kali terjadi bencana alam hasil Sesar Lembang ialah sekitar 500 tahun lalu.

Artinya, sejak rentang hari ini hingga 100 tahun mendatang, kemungkinan bencana akan selalu ada.

Menjadi perhatian BNPB Indonesia, bahwa sepanjang sesar Lembang terdapat berbagai lokasi dan fasilitas pariwisata marak dibangun.

Sempat terhenti lantaran aktivitas sesar masih anteng, Rahma Hanifa dari Pusat Studi Gempa Nasional menjelaskan GPS pemantau pergerakan mulai dipasang lagi untuk Sesar Lembang pada 2004.

Dari data GPS, dapat diambil simpulan Sesar Lembang memiliki pergerakan 2 hingga 6 milimeter per tahunnya.

Di sisi lain, Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan seberapa bahaya Sesar Lembang.

"Hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. Kapan gempa kuat akan terjadi, tidak seorang pun ada yang tahu. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa," ujar dia.

Dia menegaskan, keaktifan Sesar Lembang dapat dilihat dari aktivitas gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalurnya.

Sejauh ini, tercatat beberapa gempa terjadi di jalur Sesar tersebut, diantaranya gempa Kampung Muril Cisarua dengan magnitudo 3,3 Pada 28 Agustus 2011, dan gempa magnitudo 2,8 and 2,9 pada 14 dan 18 Mei 2017.

Selain untuk memantau gempa di Indonesia, BMKG telah memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) untu memonitor aktivitas Sesar Lembang.

Dari hasil penelitian BMKG dan mitra, terdapat 9 kali gempa di Sesar Lembang selama periode 2010 hingga Desember 2011.

Untuk antisipasi lebih mumpuni, per 2019, BMKG kembali memasang sebanyak 16 sensor seismik periode pendek (short period seismograph) secara lebih rapat.

Hal itu demi melengkapi 19 seismograf broadband yang sebelumna telah terpasang di Jawa Barat dan Banten. ***

Editor: Ahmad Firdaus

Sumber: Pikiranrakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x