Namun tawaran tersebut tampaknya tidak memenuhi tuntutan utama Hamas dalam perundingan sebelumnya, yaitu bahwa gencatan senjata mencakup komitmen untuk mengakhiri perang secara permanen dan penarikan mundur Israel.
Hal ini juga tidak mencakup pembebasan sandera Israel yang merupakan tentara atau pria sehat yang cukup umur untuk berperang, atau permintaan Hamas agar sebanyak 1.500 tahanan dibebaskan.
Delegasi dari Hamas dan Israel keduanya berada di Qatar minggu ini untuk membahas rincian gencatan senjata.
Biden: Terlalu Banyak Yang Tidak Bersalah Terbunuh
Biden mengatakan kepada NBC bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan internasional kecuali negara tersebut mengambil langkah lebih lanjut untuk menyelamatkan warga sipil. Israel mengancam akan menyerang Rafah, kota terakhir di tepi selatan Jalur Gaza, tempat lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduknya terkurung, sebagian besar tidur di tenda darurat atau bangunan umum.
“Ada terlalu banyak orang tak berdosa yang terbunuh. Dan Israel telah memperlambat serangan di Rafah,” kata Biden, seraya menambahkan bahwa Israel telah berkomitmen untuk memungkinkan warga Palestina mengungsi dari Rafah sebelum mengintensifkan kampanyenya di sana.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran balasan Hamas sebelumnya untuk melakukan gencatan senjata yang mana semua sandera akan dibebaskan, Israel akan menarik pasukannya dari Gaza dan sebuah kesepakatan akan dicapai untuk mengakhiri perang.
Dikatakan mereka tidak akan menghentikan perang sampai Hamas diberantas.
Pada hari Senin, Netanyahu mengulangi penjelasannya mengenai tuntutan Hamas sebagai “dari planet lain” dan mengatakan bahwa kelompok tersebut harus memutuskan apakah akan menerima tawaran terbaru Israel.
Di NBC, Biden mengatakan gencatan senjata sementara akan mempercepat proses bagi Palestina untuk memiliki negara sendiri. Netanyahu menolak negara Palestina merdeka karena tidak sesuai dengan kebutuhan Israel akan kendali keamanan penuh atas seluruh wilayah antara sungai Yordan dan Laut Mediterania.