Setelah Sri Lanka Bangkrut, Negara Islam Satu Ini Bakal Bernasib Serupa Kena Jebakan Utang China

- 30 Juni 2022, 07:30 WIB
PNS Taimur, fregat kedua dari empat Tipe 054A/P yang dibangun China untuk Pakistan, ditugaskan di Galangan Kapal Hudong-Zhonghua di Shanghai pada 23 Juni 2022
PNS Taimur, fregat kedua dari empat Tipe 054A/P yang dibangun China untuk Pakistan, ditugaskan di Galangan Kapal Hudong-Zhonghua di Shanghai pada 23 Juni 2022 /Pakistan Navy via The Eurasian Times

MataBangka.com - Pakistan meniru Sri Lanka ketika mencoba menyelesaikan krisis ekonominya, menyangkal kesalahan masa lalunya serta kejadian saat ini di dalam negeri dan mengabaikan pelajaran yang bisa dipelajari dari negara kepulauan itu.

Sri Lanka telah berada di bawah gejolak sosial-ekonomi dan politik yang parah selama hampir dua bulan sekarang, akibat dari salah urus ekonomi akibat kepemimpinan politik yang terlalu ambisius dan pinjaman eksternal yang berlebihan, Pakistan telah mengambil langkah yang persis sama menuju bencana ekonomi, lapor True Ceylon.

Tidaklah mengejutkan bahwa Pakistan akan segera menghadapi krisis 'tipe Sri Lanka' dengan kekurangan cadangan devisa, makanan, bahan bakar dan obat-obatan.

Hambatan ekonomi di Pakistan telah diperburuk oleh 'Pendirian' yang terobsesi dengan diri sendiri dan semakin diperumit oleh partai politik yang ingin berkuasa dengan membagikan kebijakan ekonomi populis, lapor True Ceylon.

Pakistan dengan cepat melebarkan defisit transaksi berjalannya ditambah dengan menipisnya cadangan devisa yang sama cepatnya. Mengingat ketergantungan ekonomi pada impor-baik untuk makanan dan bahan bakar, kenaikan harga global telah mengakibatkan peningkatan yang sangat besar dalam tagihan impor di Pakistan.

Akibatnya, impor yang mencapai USD 44,7 miliar pada TA 2020-21 (Juli-April) telah meningkat sekitar 58 persen pada TA 2021-22 (Juli-April) menjadi mencapai USD 65,5 miliar.
Tagihan impor untuk produk minyak bumi saja telah mencatat lonjakan sekitar 95 persen, mencapai sekitar USD 17 miliar dalam sepuluh bulan pertama TA 2021-22 (dari sekitar USD 8,7 miliar untuk periode yang sama tahun sebelumnya).

Defisit perdagangan melonjak dari USD 24 miliar pada TA 2020-21 (Juli-April) menjadi USD 39 miliar pada TA 2021-22 (Juli-April), peningkatan besar sekitar 65 persen. Demikian pula, defisit transaksi berjalan telah meningkat menjadi 13 miliar dolar AS pada TA 2021-22 (Juli-April), lapor True Ceylon.

Memburuknya situasi keamanan di tanah air bersama dengan gejolak politik yang sedang berlangsung telah memaksa investor asing untuk semakin menjauhi negara itu sebagai tujuan investasi. Investasi Asing Langsung dan Investasi Portofolio Asing bergerak ke luar negeri, arus keluar bersih sedikit lebih dari USD 2 miliar pada TA 2021-22 (Juli-Maret).

Hal ini mengakibatkan kekurangan dolar yang akut di negara itu dan bersamaan dengan depresiasi tajam rupee Pakistan. Seperti rupee Sri Lanka yang menukik pada Maret 2022, nilai rupee Pakistan telah jatuh secara drastis.

Halaman:

Editor: Ida Meika

Sumber: aninews.in


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x