Network
MataBangka.com--Bentrokan yang terjadi pada tanggal 7 September 2023 di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, antara aparat keamanan dan warga setempat telah menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.
Salah satunya datang dari Ketua Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Bangka Belitung, Dato' Marwan Alja'fari DPMP, yang turut mengecam aksi kekerasan yang terjadi dalam insiden tersebut.
Dalam pernyataannya, Dato' Marwan Alja'fari DPMP menekankan bahwa warga Melayu di Pulau Rempang adalah warga kecil yang ingin menikmati hidup di tanah leluhur mereka sendiri.
Budaya dan tradisi mereka telah terbentuk secara turun-temurun di Pulau Rempang, dan jika mereka harus dipindahkan ke tempat lain dengan budaya yang berbeda, hal itu dapat mengganggu kehidupan mereka.
"Oleh karena itu, hak-hak mereka untuk merasakan rasa aman dan nyaman secara batiniah harus dijaga," kata Dato' Marwan.
Dato' Marwan juga mengajukan pertanyaan kritis terkait rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) di Pulau Rempang.
Ia bertanya apakah proyek tersebut akan benar-benar menjamin kemakmuran dan kenyamanan bagi masyarakat asli Pulau Rempang yang telah lama terbentuk sebagai komunitas.
"Dengan ini, kami dari MABMI Bangka Belitung sangat mendukung perjuangan masyarakat Melayu di Rempang untuk mempertahankan hak-hak mereka untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman, aman, dan adil," tegas Dato' Marwan.
Selain itu, Dato' Marwan juga menyatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan sikap kepada MABMI Pusat agar suara solidaritas dari MABMI di berbagai daerah dapat diteruskan kepada pemerintah pusat sebagai masukan dan perhatian terkait situasi di Pulau Rempang.
Sebelumnya, bentrokan di Pulau Rempang yang melibatkan aparat gabungan TNI-Polri, Satpol PP, dan warga setempat dipicu oleh ketidaksetujuan warga terhadap rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) di wilayah mereka.
