Anggota DPR RI Soroti Biaya Gelang Haji Diduga di Mark Up 6 Kali Lipat, Pantas Biaya Haji Membengkak

10 Februari 2023, 18:59 WIB
Ilustrasi - Jemaah haji Indonesia asal Embarkasi Batam setibanya di Bandara Jeddah, Arab Saudi. /Kemenag/

MataBangka.com--Anggota DPR RI dari Komisi VIII, Abdul Wachid menyoroti adanya dugaan mark up (pengelembungan)biaya gelang haji yang harganya mencapai hampir 6 kali lipat.

Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat biaya haji membengkak.

 

"Ini saya juga nyorotin yang kecil, ini namanya gelang haji, produk tempat lahir saya (Jepara)," ucapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Rabu, 8 Februari 2023.

"Adanya gelang Haji dan Logam ini, itu karena jamaah waktu itu ada korban kebakaran Mina, identitasnya tidak ada pada waktu itu. Sehingga, pemerintah membuat, karena tentara Amerika yang ada di Vietnam kalah hanya membawa gelang identitas, di sini dibuat seperti ini," tuturnya.

"Dulu, ini yang buat itu ketua Yayasan saya Sultan Agung di Jepara, dikasih proyek oleh Kementerian Agama pada waktu itu. Sekarang sudah kemana-mana," ucap Abdul Wachid menambahkan.

Dia pun menuturkan adanya dugaan mark up biaya dengan jumlah yang fantastis.

Hal itu diketahui setelah Anggota Panja BPIH itu memanggil salah satu pengrajin gelang haji.

"Harganya di sini saya lihat, Pak Dirjen bantah ucapan saya di sosial media, ini Rp30.000 sama diarsirnya itu Rp5.000," ujar Abdul Wachid.

"Saya kemarin tak undang, panggil itu yang buat Gelang Haji yang dia mengerjakan dari proyek 'Kamu dapat berapa?' '221.000' berapa Pak? Rp1,2 miliar gelang, dia suruh ngasih Rp200.000 pada pihak pemenang tender.

'Eh, Rp1 miliar kamu ini hanya untuk buat?' 'Nggak pak, saya masih di embarkasi sana, sana, sana, sana, sana'," tuturnya.

"Rp1 miliar, ini mohon dikoreksi ini tendernya, vendornya, siapa? Vendornya Orang Kemenag sendiri atau siapa? Kalau saya itung Rp35.000 kali 221.000, Rp7 miliar. Ini soal kecil, tapi tadi saya tekankan saya pengusaha, dari kecil saya itung, harganya di sana Rp5.000," katanya menambahkan.

Bantahan Dirjen PHU

Dirjen PHU Kemenag, Hilman Latief membantah tudingan adanya mark up sejumlah biaya komponen haji, termasuk gelang.

Dia menuturkan bahwa ada persepsi yang berbeda dan biaya operasional dalam pembuatan gelang haji tersebut.

Menurutnya, ada sejumlah komponen yang harus dihitung, hingga harganya sesuai.

Ada komponen gelang yang terbuat dari stainless super, kemudian biaya distribusi ke masing-masing embarkasi, ongkos grafis, biaya akomodasi, tenaga penggrafir, dan biaya konsumsi selama penggrafiran.

Mengenal Gelang Haji

Gelang haji menyimpan banyak informasi.

Sebab, pada gelang buatan pelaku UMKM di Indonesia itu ada lambang bendera merah putih, dan ada tulisan arab yang artinya Jemaah Haji Indonesia.

Selain itu, ada keterangan sebagai jemaah kloter atupun nonkloter.

Ada juga keterangan nomor paspor dan nama jemaah yang ditulis langsung di logam dengan cara digrafir atau diukir.

Sekretaris Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Noer Alya Fitra, mengatakan, gelang identitas sudah ada sejak lama, serta telah menjadi ciri khas jemaah dan petugas haji Indonesia.

Negara lain tidak ada yang menggunakan gelang logam.

"Gelang yang dipakai jamaah itu berisi identitasnya. Karena kita ketahui kebanyakan jamaah kita dari daerah dan pelosok, sehingga untuk memegang dokumen selain yang menempel didirinya itu bisa jadi hilang, lupa, atau terselip," ujarnya, Sabtu, 26Juni 2022.

M Noer Alya Fitra menjelaskan, gelang jemaah haji terbuat dari logam agar tetap awet walaupun terkena air, cahaya, dan kepanasan.

Sehingga gelang tetap dipakai dan jemaah lebih mudah dikenali.

"Contoh jemaah meninggal karena mungkin suatu hal itu, kita gampang menganalisisnya dengan melihat gelangnya. Digelang itu tercantum nama, nomor pasport, nomor kloter dan bendera Indonesia," tuturnya.

Bahkan, bagi pemerintah Arab Saudi juga mudah mengenali ketika melihat nomor pasport di gelang.

Sebab, bisa langsung dicek pada sistem mereka dan akan langsung keluar nama jemaah yang bersangkutan.

Pada saat ini, gelang dibuat dengan sistem bisa mengunci, agar tidak bisa lepas dari tangan jemaah saat terjadi hal-hal darurat.

Hal ini belajar dari kejadian di Mina pada tahun 2015 silam, banyak korban yang gelangnya terlepas dan sulit diidentifikasi.

"Maka setelah tahun 2016 dibuat gelang yang lebih baik, yang ada kuncinya. Diberi pengait untuk lebih menjamin gelang itu tidak lepas ketika ada guncangan-guncangan dan sebagainya," kata M Noer Alya Fitra.***

Editor: Mirwanda

Sumber: Pikiranrakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler