Keadaan Darurat Lain Diumumkan di Sri Lanka Saat Penjabat Presiden Mengambil Kendali

- 18 Juli 2022, 18:31 WIB
Penjaga keamanan di luar gedung Parlemen, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka.
Penjaga keamanan di luar gedung Parlemen, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka. /Reuters/Adnan Abidi

MataBangka.com -- Penjabat Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengumumkan perintah pada Minggu malam (17 Juli) untuk keadaan darurat di negara kepulauan yang dilanda krisis, dalam upaya untuk mencegah kerusuhan menjelang pemungutan suara di parlemen akhir pekan ini untuk memilih presiden baru. Presiden.

Para pemimpin Sri Lanka yang terkepung telah memberlakukan keadaan darurat beberapa kali sejak April, ketika protes publik berlangsung terhadap penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang semakin dalam dan kekurangan kebutuhan pokok yang terus-menerus.

“Adalah bijaksana, demikian untuk dilakukan, demi kepentingan keamanan umum, perlindungan ketertiban umum dan pemeliharaan persediaan dan layanan yang penting bagi kehidupan masyarakat,” bunyi pemberitahuan itu.

Baca Juga: Skandal Kematian Brigadir J, Polri Bakal Dibuktikan Secara Ilmiah Kasus Ini, 4 Komjen Dilibatkan

Wickremesinghe telah mengumumkan keadaan darurat pekan lalu, setelah presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu untuk menghindari pemberontakan rakyat terhadap pemerintahnya.

Tidak jelas apakah perintah itu telah ditarik atau telah kedaluwarsa, atau apakah Wickremesinghe telah mengeluarkan kembali perintah itu dalam kapasitasnya sebagai penjabat presiden, yang telah dilantik pada 15 Juli. Seorang juru bicara kantor Wickremesinghe tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.

Ketentuan hukum khusus dari keadaan darurat terbaru belum diumumkan oleh pemerintah tetapi peraturan darurat sebelumnya telah digunakan untuk mengerahkan militer untuk menangkap dan menahan orang, menggeledah properti pribadi dan meredam protes publik.

Baca Juga: Perang Ukraina Cegah Komunike Formal Pada Pembicaraan Keuangan G20

Ibu kota komersial negara itu, Kolombo, tetap tenang pada Senin pagi, dengan lalu lintas dan pejalan kaki di jalanan.

Bhavani Fonseka, peneliti senior di Center for Policy Alternatives, mengatakan menyatakan keadaan darurat menjadi respons default pemerintah.

Halaman:

Editor: Syahrizal Fatahillah

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah