Harga Timah Dunia Stabil di 28 Ribu USD, Pasar Diprediksi Tumbuh Karena Kebutuhan Dunia dan Larangan Ekspor

18 Januari 2023, 11:41 WIB
Harga timah dunia 17 Januari 2023 /LME

MataBangka.com, London - Harga timah dunia stabil di posisi 28 ribu USD per Metrik Ton saat stok timah dunia mulai turun. Harga timah dunia diprediksi akan tumbuh dipacu oleh kebutuhan dunia terhadap timah dan larangan ekspor dari Indonesia.

Harga timah di London Metal Exchange (LME) pada perdagangan Selasa malam Waktu Indonesia Barat, harga timah berada di posisi 28.100 USD per Metrik Ton.

Harga timah turun tipis 25 poin dbanding penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Sementara kondisi serupa terjadi di Sanghau Futures Exchange (SHFE).

Analis Sanghai Metals Market melaporkan secara mendasar, persediaan waran domestik sedikit berubah, dan SHFE 2301 masih dalam pengiriman. 

Analis menyampaikan premi/diskon di pasar tetap rendah, tetapi ada kuotasi yang terdengar di pasar. Sementara itu stok di LME turun sedikit.

Analis memperkirakan keuntungan impor diperkirakan akan tetap rendah. 

Di pasar berjangka, timah SHFE yang paling banyak diperdagangkan bergerak dalam kisaran sempit, dan menutup sesi malam di sekitar 226.200 yuan/mt. 

Para investor tidak aktif dalam perdagangan, dan minat terbuka dari kontrak timah SHFE yang paling banyak diperdagangkan turun. 

Singkatnya, timah SHFE diperkirakan akan bertahan di level tinggi sebelum liburan CNY di tengah lemahnya penawaran dan permintaan.

Alexander Jones , Bankir Internasional berpendapat berita yang diterbitkan pada bulan Oktober bahwa Indonesia, pengekspor logam timah terbesar di dunia, dilaporkan berencana untuk melarang ekspor logam tersebut untuk meningkatkan kapasitas pemrosesan timah domestiknya.

Indonesia hanya mengkonsumsi 5 persen timah olahan yang diproduksinya sementara mengekspor 95 persen. Larangan tersebut merupakan bagian dari rencana Indonesia yang lebih luas untuk mencadangkan sumber daya mineral seperti nikel, timah, tembaga, dan bauksit untuk diproses di dalam negeri dan mengekspor produk bernilai tambah lebih tinggi daripada hanya mengirimkan bahan mentah yang murah, menurut laporan Reuters pada 20 Oktober.

Mengutip analis Sucden Financial Geordie Wilkes, kantor berita itu juga mencatat, meski pembeli China menambah impor timah mereka karena kemungkinan larangan ekspor Indonesia, permintaan konsumen melambat seiring dengan pertumbuhan ekonomi global.

“Arbitrase impor terbuka, tetapi juga ancaman larangan Indonesia juga mengarah pada apa yang kami lihat dengan nikel sebagai front loading impor material di sana,” kata Wilkes. “Konsumsi tidak cukup, dan profitabilitasnya jauh lebih sedikit mengingat harga telah turun cukup tajam…. Kami memperkirakan harga akan tetap berada di belakang kaki untuk timah.”

Tetapi beberapa tetap optimis bahwa timah akan melakukan rebound dramatis selama beberapa bulan mendatang, karena meningkatnya kebutuhan elektronik global akan membuat permintaan logam tetap tinggi.

“Bahkan di tengah kesulitan rantai pasokan, kekurangan energi, dan penutupan smelter, kebutuhan akan timah terus meningkat,” catat firma intelijen komoditas MetalMiner pada akhir Oktober. "Ini memberi timah leverage yang tidak dimiliki harga logam lain."

Dan menurut chief executive officer AfriTin Mining, Anthony Viljoen, permintaan timah akan "tetap positif" tahun ini meskipun terjadi aksi jual dan volatilitas pasar komoditas. “Meski pasar komoditas global bergejolak tahun ini, manajemen dan dewan direksi tetap yakin bahwa fundamental pasar untuk produksi timah akan tetap positif,” kata Viljoen pada 31 Agustus lalu.

Timah diperkirakan akan mencatat pertumbuhan moderat selama beberapa tahun mendatang, dengan laporan baru-baru ini dari Mordor Intelligence memproyeksikan bahwa pasar akan mengalami tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lebih dari 2,5 persen selama periode perkiraan (2022-27). “Pasar terkena dampak negatif COVID-19 pada tahun 2020.

Dealer timah telah mengalami salah satu tekanan paling parah di pasar logam karena COVID-19 memicu lonjakan permintaan karena pasokan terputus-putus,” menurut Mordor. “Pada paruh pertama tahun 2021, permintaan timah yang digunakan dalam elektronik melampaui pasokan, mendorong kenaikan harga lebih dari 90% di London Metals Exchange. Namun, pasar diperkirakan akan tumbuh pada tingkat yang stabil dalam periode perkiraan (2022-2027).”

Mordor juga mencatat bahwa lonjakan permintaan dari pasar kendaraan listrik dan peningkatan aplikasi di industri listrik dan elektronik akan menjadi faktor utama yang mendasari untuk mendorong pasar selama periode perkiraan.

“Mengalihkan fokus ke daur ulang timah diharapkan dapat menciptakan peluang bagi pasar di tahun-tahun di luar periode perkiraan,” tambah Mordor. “Wilayah Asia-Pasifik diperkirakan akan mendominasi pasar, dan juga diperkirakan akan menyaksikan CAGR tertinggi selama periode perkiraan.” ***

Editor: Mitrya

Tags

Terkini

Terpopuler