Sosok Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel yang Meninggal Secara Tragis Setelah Koma 8 Tahun

- 1 November 2023, 10:27 WIB
Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel dengan julukan "Penjagal dari Beirut"
Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel dengan julukan "Penjagal dari Beirut" /@chaifflicks istimewa IG/

MataBangka.com - Ariel Sharon merupakan mantan Perdana Menteri Israel yang terbaring koma selama 8 tahun. 

Semasa pemerintahannya ia dikenal dengan julukan tangan besi karena tindakan kejamnya terhadap warga Palestina. 

Ia dikenal sebagai tokoh Israel yang kontrovesial. Ariel Sharon punya sejarah hidup yang tak lepas dari konflik pendudukan zionis di tanah Palesina. 

Ariel Sharon memiliki nama asli Ariel Scheinerman lahir di Kfar Malal, 26 Februari 1928.

Orang tuanya merupakan anak dari Samuel dan Vera Scheinerman, imigran Yahudi dari Rusia. 

Selama menjabat sebagai Perdana Menteri Israel, ia terbukti terlibat aktif dalam sejumlah penyerbuan yang mengakibatkan puluhan ribu warga sipil Palestina meninggal dunia. 

Mengutip dari wartabulukumba.pikiran-rakyat.com, ebuah sejarah yang menarik tentang naiknya Sharon ke tampuk kekuasaan, dan laporan forensik tentang kejahatannya terhadap orang-orang Palestina diurai dalam buku Politicide: Ariel Sharon's War Against the Palestinians yang ditulis oleh Baruch Kimmerling, penerbit Verso dan dipublikasikan tahun 2006.

 

Ia lahir dengan nama Ariel Scheinermann (Shinerman) dari sebuah keluarga pendukung gerakan Zionis.

Selama tiga puluh tahun Sharon berdinas sebagai anggota Angkatan Bersenjata Israel. Pangkat tertingginya adalah Mayor Jenderal.

Ia menjadi terkenal di Israel karena keterlibatannya dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan Perang Yom Kippur pada tahun 1973.

Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan kelompok mafia Haganah yang aktivitasnya meneror rakyat Palestina.

Dalam melancarkan aksi teror, ia secara bergantian berada di bawah komando Perdana Menteri David Ben Gurion, Itzhak Shamir, dan Yitzhak Rabin.

Pada masa perang kemerdekaan Israel tahun 1948, di usianya yang ke-20, ia telah menjadi seorang komandan infantri Israel dalam Brigade Alexandroni.

Pada saat ia hendak membakar sebuah ladang, tiba-tiba rentetan peluru pejuang Palestina menembus tubuhnya.

Luka itu hampir saja merenggut nyawanya kalau saja ia tak diselamatkan rekannya.

Pada tahun itu juga, ia melanjutkan studi di bidang hukum di Universitas Ibrani di Yerusalem.

Pada 1953, ia membentuk sekaligus memimpin unit komando khusus " Unit 101" yang bertugas melakukan operasi-operasi khusus tingkat tinggi.

Ia diangkat menjadi komandan dari korps para-komando dan terlibat dalam perang memperebutkan Sinai pada tahun 1956.

Pada tahun 1957, ia meneruskan pendidikan kemiliterannya di Camberley Staff College, Inggris.

Selama tahun 1958-1962, Sharon pernah menjadi komandan Brigade Infantri, memimpin Pusat Pendidikan Infantri dan mengikuti sekolah hukum di Universitas Tel Aviv.

Pada Perang Enam Hari (1967) yang melibatkan Israel melawan bangsa Arab, ia menjabat sebagai komandan sebuah divisi tentara dengan Brigadir Jenderal.

Kemudian, ia mengundurkan diri dari dinas ketentaraan pada tahun 1972.

Ketika terjadi Perang Yom Kippur pada tahun 1973, ia dipanggil untuk memimpin divisi tentara yang harus menyeberangi Terusan Suez.

Karier politik Ariel Sharon bermula pada tahun 1973 saat ia terpilih menjadi anggota Knesset.

Tetapi, ia mengundurkan diri setahun kemudian untuk menjadi Penasehat Keamanan bagi Perdana Menteri Yitzhak Rabin.

Ia kembali ke Knesset pada tahun 1977 dan menerima jabatan sebagai Menteri Pertanian.

Kemudian, ia menjabat Menteri Pertahanan (1981-1983) ketika berkecamuk perang Lebanon saat tentara Israel memasuki Lebanon atas perintahnya.

Penjagal dari Beirut 

Ariel Sharon mengundurkan diri ketika sebuah komisi pemerintah menuduhnya terlibat secara tidak langsung dalam penyerangan September 1982 atas kaum pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila yang dilakukan oleh milisi Maronit Lebanon.

Lebih 3000 orang terbunuh dalam peristiwa tersebut mencapai. Ariel Sharon juga dianggap bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya 13 Oktober 1953 yang menewaskan 96 orang Palestina oleh Unit 101 yang dipimpinnya.

Pada dua peristiwa tersebut ia lalu dijuluki "Penjagal dari Beirut".

Dalam masa 1984-1990, ia kembali menjabat sebagai Menteri Industri dan Perdagangan.

Kemudian ia menjadi Menteri Perumahan dan Konstruksi. Periode Juli 1996-Juli 1999, ia menjabat sebagai Menteri Infrastruktur Nasional dan sebagai Menteri Luar Negeri (Oktober 1998-Juli 1999).

Pada sidang Knesset bulan Mei 1999, ia terpilih sebagai Ketua Partai Likud menyusul mundurnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Karier politiknya bertengger di puncak ketika ia terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada Februari 2001.

Di tengah penjagaan yang sangat ketat, Ariel Sharon mengangkat sumpah jabatan sebagai perdana menteri ke-11 di depan Forum Knesset pada 7 Maret 2001.

Pengambilan sumpah dilakukan setelah ia berhasil membentuk pemerintah persatuan nasional dengan spektrum politik yang paling luas dalam sepanjang sejarah Israel.

Koalisi yang dipimpinnya mencapai dua kesepakatan dasar menyangkut masa depan perdamaian.

Langkah penarikan mundur pasukan dari Jalur Gaza menimbulkan pertentangan serius di tubuh partai, sementara dalam Partai Buruh terjadi pergantian pimpinan. Kursi Ketua Partai Buruh beralih dari Shimon Peres ke Amir Peretz.

Ia merespons langkah tersebut dengan mundur dari Partai Likud untuk membentuk partai baru yang diberi nama Partai Kadima yang beraliran sentris.

Koma 8 Tahun 

Pada tanggal 18 Desember 2005 Sharon mengalami stroke dan segera dibawa ke rumah sakit. Ia dirawat selama dua hari dan dijadwalkan akan menjalani operasi pada jantungnya pada 5 Januari 2006.

Namun pada 4 Januari 2006 ia kembali masuk ke rumah sakit dari peternakannya di daerah Negev. Rupanya ia kembali mengalami stroke, dan kali ini tampaknya agak parah.

Bersamaan dengan serangan stroke itu, Sharon mengalami pendarahan otak. Sharon menjalani operasi selama tujuh jam untuk menghentikan pendarahan itu dan membuang darah yang mengumpul di otaknya.

Ia dirawat di unit perawatan intensif dan kecil sekali kemungkinannya untuk kembali ke ajang politik, andaikata pun ia berhasil bertahan.

 meninggal dunia pada 11 Januari 2014. Sebelum mengembuskan nafas terakhir ia sekarat selama 8 tahun.

Ia mencatatkan namanya sebagai seorang politikus dan jenderal Zionis Israel yang paling ditakuti dan dibenci.***

 

Editor: Nia MB

Sumber: Wartabulukumba.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah