MataBangka.com -- Singapura pada Rabu (3/8) mengatakan pihaknya berharap Amerika Serikat dan China dapat menahan diri dan menahan diri dari tindakan yang akan semakin meningkatkan ketegangan di tengah mengenai "perkembangan lintas selat".
Pertemuan Menteri Luar Negeri (AMM) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-55 diadakan di Phnom Penh, Kamboja pada saat "volatilitas dan ketidakamanan yang signifikan", kata Kementerian Luar Negeri Singapura (MFA) dalam sebuah pernyataan pers.
"AMM membahas perkembangan lintas selat dengan prihatin," kata MFA.
"Hubungan AS-China yang stabil sangat penting untuk perdamaian dan kemakmuran regional. Singapura berharap AS dan China dapat menjalankan modus vivendi, menahan diri dan menahan diri dari tindakan yang akan semakin meningkatkan ketegangan."
Modus vivendi mengacu pada pengaturan atau kesepakatan yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik untuk hidup berdampingan secara damai, baik tanpa batas waktu atau sampai penyelesaian akhir tercapai.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi tiba di Taiwan pada Selasa malam dan pergi pada Rabu malam, setelah bertemu dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
China mengutuk kunjungan itu, menyebutnya sebagai "provokasi" oleh Amerika Serikat dan mengatakan akan melakukan latihan militer di sekitar pulau itu.
Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menghadiri pertemuan di Kamboja. Pertemuan tersebut membahas secara ekstensif perkembangan regional dan global baru-baru ini, termasuk situasi di Myanmar, invasi Rusia ke Ukraina dan perkembangan lintas selat.
Baca Juga: Alasan Evolusioner Mengapa Semua Wanita Berbohong