Sejumlah Media Korsel Sebut Jambore Pramuka dunia ke-25, 'Aib Nasional', Alami Banyak Kekacauan dan Masalah

11 Agustus 2023, 16:00 WIB
Dokumentasi peserta Jambore Pramuka Sedunia tahun 2023 di Korea Selatan  /The Korea Herald / Yonhap/

MataBangka.com--Pada tahun 2023, Jambore Pramuka Dunia ke-25 yang diadakan di Korea Selatan mengalami berbagai masalah dan kekacauan yang mengakibatkan berantakannya acara tersebut.

Dalam waktu singkat, gelombang panas, angin topan, wabah Covid-19, dan tuduhan mengenai kelalaian penyelenggaraan telah menghantam acara yang digelar setiap empat tahun sekali ini.

Keluhan yang muncul segera diikuti oleh kritik terhadap kurangnya persiapan dari panitia penyelenggara.

Jambore Pramuka adalah sebuah acara besar yang mengumpulkan para pramuka muda dari seluruh dunia setiap empat tahun sekali.

Acara ini dijuluki sebagai kamp pemuda terbesar di dunia karena berhasil mengumpulkan sekitar 43.000 peserta, mayoritas berusia 14-18 tahun, untuk mengikuti rangkaian acara selama 12 hari di pantai barat Korea Selatan.

Namun, sejumlah persoalan yang timbul di perkemahan membuat kontingen-kontingen dari berbagai negara harus dipulangkan.

Angin topan dan badai tropis yang terjadi memaksa para panitia untuk melakukan evakuasi peserta dari perkemahan Saemangeum.

Kontingen-kontingen dari berbagai negara akhirnya dievakuasi ke berbagai wilayah di Korea Selatan, bahkan ada yang berjarak ratusan kilometer utara dari Seoul.

Kontingen Indonesia, yang juga turut hadir dengan 1.569 anggota, dievakuasi dari perkemahan Saemangeum ke Asrama Universitas Wonkwang di Provinsi Jeollabuk.

Berthold Sinaulan, Wakil Kepala Kwartir Nasional (Kwarnas) Indonesia, mengonfirmasi bahwa semua anggota kontingen dalam keadaan baik dan telah berada di tempat penampungan yang aman.

"Saat ini, seluruh anggota kontingen Indonesia sudah aman di tempat penampungan," ujar Berthold 

Kegiatan Jambore, kata dia, tetap dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke berbagai tempat. Penutupan akan digelar pada 11 Agustus 2023.

"Kontingen Indonesia akan meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Tanah Air, sesuai jadwal penerbangan masing-masing, yaitu pada 12,13, dan 14 Agustus 2023," katanya.

 

Selama acara, para peserta menghadapi berbagai tantangan.

Cuaca yang sangat panas di Korea Selatan membuat banyak peserta mengeluhkan kondisi perkemahan yang sulit.

Udara yang terlalu panas membuat beberapa peserta memilih berteduh di atap tenda yang didirikan oleh penyelenggara.

Lokasi perkemahan yang sempat dilanda hujan deras membuat air tergenang dan tanah menjadi becek, membuat kondisi semakin tidak nyaman.

seperti diungkapkan salah satu peserta Jambore pramuka dunia, dari Indonesia Fayyazza Faizora (16) kontingen asal Jawa Tengah.

“Kami tiba saat tanahnya masih dalam keadaan basah. Jadi kami bawa koper ke sini itu berat di atas tanah yang basah,” kata dia, meski beberapa hari kemudian area perkemahan mengering karena cuaca panas.

Ayya mengaku sempat khawatir apakah bisa bertahan dengan situasi di perkemahan. Bahkan ada juga peserta yang menangis dan minta pulang.

"Waktu hari pertama aku tinggal di tenda dengan banyaknya kekurangan, aku selalu mikir, emang aku bisa ya bertahan hidup di sini. Apalagi kami harus tinggal di sini sampai 14 hari," ujar dia.

Masalah lainnya adalah makanan yang mengandung bahan haram.

Meskipun kontingen Indonesia telah memesan makanan halal, beberapa peserta menemukan makanan yang mengandung babi.

"Ada crackers. Kita iseng pakai Google Translate ternyata mengandung babi. Pagi ini, kok ada lagi. Semacam jeli gitu," katanya.

Panitia penyelenggara berupaya membenahi masalah ini, tetapi hal tersebut menambah frustrasi peserta.

Tidak hanya masalah cuaca dan makanan, tetapi juga masalah sanitasi, tempat berlindung yang kurang memadai, dan minimnya privasi juga dikeluhkan oleh peserta.

Insiden lainnya, seperti seorang laki-laki dari delegasi Thailand yang masuk ke kamar mandi perempuan, juga menambah kekhawatiran mengenai perlindungan dan keamanan.

Seorang laki-laki dari delegasi Thailand tertangkap masuk ke kamar mandi perempuan.

Dia mengklaim kejadian itu tak disengaja, dan mengaku tidak melihat ada penanda jenis kelamin.

Setelah insiden itu, 85 peserta asal Korea Selatan mengundurkan diri dari jambore. Menurut mereka, panitia penyelenggara tidak cukup berupaya untuk melindungi perempuan.

Pada akhir pekan lalu, kontingen Inggris dan AS dipulangkan dari perkemahan.

Langkah itu juga diikuti oleh Singapura dan Selandia Baru.

Pemerintah Korea Selatan akhirnya memerintahkan evakuasi seluruh peserta pada Selasa, setelah mengakui bahwa tempat itu tidak lagi aman mengingat ada badai yang mendekat.

Lebih dari 1.000 bus dikerahkan untuk mengevakuasi ribuan peserta bus dan relawan dari kawasan perkemahan ke berbagai wilayah di Korea Selatan.

Pada Rabu (09/08), salah satu bus mengalami kecelakaan menyebabkan tiga anggota pramuka Swiss terluka dan dirawat di rumah sakit.

Pada akhirnya, pemerintah Korea Selatan memerintahkan evakuasi seluruh peserta, menyadari bahwa tempat tersebut tidak lagi aman karena mendekati badai.

Meskipun para peserta telah dievakuasi, penyelenggara memutuskan untuk melanjutkan acara hingga tanggal 12 Agustus dengan tur dan program pendidikan di lokasi-lokasi baru.

Kegagalan Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan telah menimbulkan kritik dan kekecewaan dari berbagai pihak.

Banyak yang merasa bahwa kurangnya persiapan dan pengelolaan yang buruk telah merusak citra acara ini.

Meskipun pemerintah Korea Selatan berharap acara ini dapat mendatangkan investasi dan pemasukan, berbagai masalah tersebut justru membuat perhelatan ini dianggap sebagai "aib nasional" oleh media-media Korea.***

 

Editor: Mirwanda

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler